Sangatta Selatan (9/12/2024),Di arena pertempuran futsal Champions, tepat di belakang warkop legendaris Naik Kelas, tercipta pertandingan yang bagaikan epos peperangan klasik. Lapangan futsal seolah menjadi medan tempur di mana dua pasukan berbeda karakter saling berhadapan: Satria Baja Hitam Sangkima dan Monster Gumara.
Kiper andalan Bpk. Jafni berdiri gagah, seakan tembok pertahanan yang tak tertembus, matanya tajam seperti elang mengintai setiap pergerakan bola. Di sisinya, sang sesepuh KKG Penjas Sangatta Selatan, Bpk. Jumasir, mengalirkan semangat membara yang tak kenal usia. Usia senja tak mampu meredakan api juangnya, justru membuatnya seperti pejuang tua yang semakin dipoles kebesaran.
Meski tak hadir secara fisik, Bpk. Arif Setiawan – sang komandan tim – tetap menjadi jiwa pertempuran. Suaranya mengalir melalui sambungan telepon, bagaikan instruksi jenderal yang memimpin pasukannya dari markas pusat. Setiap petunjuknya mengalir bagai benang komunikasi tak terlihat, mengikat para pemain dalam satu kesatuan strategi yang kuat.
Skor berbicara keras: 2-1 untuk Satria Baja Hitam, namun pertandingan masih bergulir penuh intrik. Di antara para pemain, muncul sang maestro Muhammad Taslim dengan kaos merah kebanggaannya. Bola seolah menjadi perpanjangan tubuhnya, meluncur mulus melewati empat penjaga lawan bagaikan pisau membelah mentega. Empat pemain lawan bagaikan patung yang terpaku, sementara Taslim menari-nari dengan bola di kakinya.
Meskipun belum membuahkan gol, pergerakannya membuat penonton terpesona. Bola seakan berbisik padanya, memandu setiap langkah dengan kepatuhan seorang murid kepada gurunya. Pertandingan ini lebih dari sekadar permainan – ini adalah simfoni olahraga di mana setiap tendangan, setiap passing adalah ayat-ayat kepahlawanan.
Agus Sultonik, pengamat futsal , memberikan komentarnya dengan penuh antusiasme: “Pertandingan ini sungguh luar biasa! Satria Baja Hitam menunjukkan kemampuan taktis yang luar biasa. Kehadiran Bpk. Arif Setiawan melalui telepon membuktikan bahwa kepemimpinan sejati tidak dibatasi oleh jarak. Muhammad Taslim, dengan gerakan gemilangnya, menunjukkan bahwa bola adalah perpanjangan jiwa seorang seniman lapangan. Meskipun skor saat ini 4-3, pertandingan masih terbuka dan penuh kejutan!”
Kedua tim bertarung dengan nyawa, di mana rumput sintetis lapangan futsal menjadi saksi bisu pertarungan kehormatan. Setiap tendangan bagaikan puisi, setiap perebutan bola bagaikan untaian epik yang menciptakan legenda.
Pertandingan masih berlangsung, dan mimpi kemenangan terus bergulir bagai ombak di lautan semangat!(Red:A.St)