


Sangatta Selatan, 22 Oktober 2025 – Matahari pagi seolah tersenyum lebih cerah ketika ratusan tunas bangsa di SD Negeri 001 Sangatta Selatan bersiap menenun makna keteguhan dalam peringatan Hari Santri Nasional. Seperti deretan mutiara yang tersusun sempurna, para siswa berbaris dengan rapi bagaikan prajurit kecil yang siap mengemban amanah peradaban.
Pagi itu, halaman sekolah berubah menjadi kanvas hidup penuh warna dan makna. Putih bersih seragam para guru menjadi simbol kesucian niat dalam mendidik, sementara batik yang melilit tubuh para siswa berbicara seribu bahasa tentang kearifan lokal yang mengakar dalam tanah air tercinta. Harmoni visual ini bukan sekadar parade busana, melainkan sebuah manifesto kebangsaan yang terukir dalam kain dan doa.
Doa bersama yang mengawali kegiatan mengalir seperti sungai rahmat yang membasahi ladang hati. Namun puncak dari ritual pagi itu adalah alunan lagu “Satu Nusa Satu Bangsa” yang membumbung tinggi, menembus langit Kutai Timur, seolah ingin memeluk seluruh nusantara dalam satu ikatan persaudaraan. Suara merdu anak-anak itu mampu membangunkan roh nasionalisme yang tertidur, mengingatkan bahwa cinta tanah air bukanlah slogan kosong, melainkan nyala api yang harus terus dijaga.
Yang membuat pagi itu istimewa adalah pemilihan Surah Al-Lahab sebagai renungan spiritual. Seperti pedang bermata dua, surah pendek namun penuh makna ini menancapkan konsep perjuangan dan keteguhan yang sejalan dengan semangat Hari Santri. Kisah Nabi Muhammad SAW yang tetap berdakwah meski dihardik oleh pamannya sendiri, Abu Lahab, menjadi cermin sempurna bagi perjuangan para santri dan ulama yang telah mengorbankan segala-galanya untuk kemerdekaan Indonesia.
“Surah ini mengajarkan kita untuk sekuat baja dalam membela kebenaran, meski badai tantangan datang dari orang terdekat sekalipun,” ungkap salah satu guru yang suaranya bergetar penuh emosi. Nilai inilah yang mengalir dalam darah para santri pejuang ketika pesantren-pesantren berubah menjadi benteng perlawanan terhadap penjajah. Mereka adalah singa-singa tanpa taji yang mampu mengguncang bumi kolonialisme dengan senjata iman dan kecintaan pada tanah air.

Para santri masa lalu telah membuktikan bahwa nasionalisme dan spiritualitas bukanlah dua kutub yang bertolak belakang, melainkan dua sayap yang membuat bangsa ini terbang menuju kemerdekaan. Mereka menggabungkan nilai-nilai Islam dengan semangat kebangsaan, menciptakan formula sakti yang mampu mengalahkan mereka yang tamak akan tanah dan rempah nusantara.
Di pagi yang penuh berkah itu, SD Negeri 001 Sangatta Selatan tidak sekadar merayakan sebuah hari peringatan. Mereka sedang menanam benih keteguhan di hati generasi muda, benih yang kelak akan tumbuh menjadi pohon rindang yang melindungi masa depan bangsa. Seperti Al-Lahab yang mengajarkan untuk tidak gentar pada tekanan, para siswa kecil ini diharapkan akan menjadi penerus estafet perjuangan dengan caranya sendiri – melalui ilmu, karakter, dan cinta yang membara pada Indonesia.
Ketika barisan mulai bubar dan anak-anak melangkah menuju kelas, jejak kaki mereka seolah mengukir janji di tanah: bahwa semangat santri akan terus hidup, bahwa keteguhan akan terus diwariskan, dan bahwa Indonesia akan terus dijaga oleh generasi yang tak kenal lelah dalam memperjuangkan kebenaran dan keadilan.(Red: Creative Team)
Tentang Hari Santri Nasional: Hari Santri Nasional diperingati setiap 22 Oktober sebagai penghormatan atas jasa para santri dan ulama dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, khususnya melalui Resolusi Jihad yang dikeluarkan KH. Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945.Kami Segenap Keluarga Besar SD Negeri 001 Sangatta Selatan Mengucapkan “SELAMAT HARI SANTRI NASIONAL”





