Kutai Timur, 9/11/2024. Seminar Guru Hebat Kutai Timur berlangsung meriah dengan serangkaian penampilan yang memukau. Acara dibuka dengan showcase para juara guru, menampilkan perpaduan seni yang mengesankan melalui nyanyian solo dan tari kreasi kolaboratif antara guru dan siswa.
Momen paling berkesan terjadi saat kolaborasi guru dan siswa membawakan lagu “Saat Kau Telah Mengerti” karya Virgoun, yang dimodifikasi liriknya untuk memperkuat tema seminar. Lagu yang awalnya berkisah tentang hubungan anak dan orang tua, kini diubah menjadi sebuah pesan mendalam tentang peran guru dalam membentuk generasi penerus bangsa.
Dalam sambutannya, Bupati Ardiansyah Sulaiman menyampaikan apresiasinya kepada Disdikbud Kutim yang terus menjalankan program sesuai dengan visi dan misi pemerintah. “Saya berterima kasih kepada kepala dinas pendidikan yang dengan semangat menindaklanjuti instruksi saya. Insyaallah, untuk pendidikan di Kutim semuanya sudah berjalan baik,” ujarnya
Salah satu puncak acara adalah pemaparan Dr. H. Budiman Tahir, M.Pd, seorang Guru Berprestasi Tingkat Nasional 2004. Perjalanan inspiratif beliau dari seorang guru di pelosok hingga meraih prestasi nasional menjadi sorotan utama peserta seminar.
Dalam paparannya, Pak Budi mengajak para guru untuk introspeksi diri. Beliau mempertanyakan kualitas mengajar yang selama ini dilakukan: “Apakah kita guru yang sekadar absen dan pulang? Atau guru yang sibuk dengan ponsel saat mengajar?” Kritikan tersebut menggugah kesadaran akan pentingnya dedikasi sejati dalam dunia pendidikan.
Beliau menekankan pentingnya momen sederhana namun bermakna, seperti menyambut siswa di sekolah. Menurutnya, hal kecil tersebut dapat membentuk karakter dan sikap positif anak-anak. “Kunci menjadi guru adalah keikhlasan,” tegasnya, “Kedatangan yang ikhlas akan membawa energi positif dan memberikan yang terbaik untuk anak-anak.”
Latar belakang Budiman sebagai mantan tenaga pendidik sekolah dasar semakin menambah bobot kepiawaiannya dalam menyampaikan materi. Peserta seminar kagum melihat sosok pemateri yang benar-benar memahami dunia pendidikan dari dalam.
Seminar ini tidak sekadar berbagi pengalaman, melainkan juga menanamkan semangat untuk mewujudkan cita-cita mulia: menciptakan Indonesia Emas 2045 melalui pendidikan berkualitas.
Pesan tersirat dalam lagu kolaboratif pun menguatkan misi tersebut:
“Bila kau akan menjadi dewasa seperti kami,
Doa dan harapan kami selalu menyertai…
Muridku yang hebat.”
Seminar Guru Hebat Kutai Timur kali ini berhasil menginspirasi para pendidik untuk terus berkembang, ikhlas, dan mendedikasikan diri demi generasi emas Indonesia.
Dalam momen eksklusif, Bapak Syamsudin MS, S.Pd, Kepala SD Negeri 001 Sangatta Selatan, mengungkapkan pandangannya yang mendalam tentang makna sejati pemberian kendaraan operasional ini. Bapak Syamsudin MS, S.Pd membuka pembicaraannya dengan analogi yang menggetarkan, menghubungkan semangat pendidikannya dengan lirik mendalam “One Last Breath” – sebuah metafora tentang perjuangan yang tak kenal menyerah.
“Pernahkah Anda mendengar lagu ‘One Last Breath’?” tanyanya retoris. “Dalam setiap perjalanan pendidikan, kita selalu berada di antara napas terakhir dan kebangkitan. Seperti lirik lagu itu ‘Hold me now, I’m six feet from the edge and I’m thinking, maybe six feet ain’t so far down‘ – pendidikan adalah tentang berdiri di tepi jurang, namun tak pernah menyerah.”
Bapak Syamsudin mengaitkan lirik “I’m looking down now that it’s over, reflecting on all of my mistakes” dengan perjalanan pendidikan. “Kita selalu merefleksikan, selalu belajar. Setiap kesalahan adalah pelajaran, setiap tantangan adalah kesempatan untuk tumbuh.”
“Inilah makna sejati pendidikan,” tegasnya, “Berdiri di tepi jurang pengetahuan, dengan satu napas terakhir yang selalu membawa kita pada kebangkitan. Kendaraan ini akan membawa kami melewati batas-batas geografis, menembus keterbatasan, membawa cahaya pendidikan ke tempat-tempat terjauh.”
Dengan tatapan penuh makna, beliau menegaskan, “Inilah wujud nyata komitmen pemerintah dan dedikasi kami sebagai pendidik. Bukan tentang mesin, melainkan tentang semangat tak terpadamkan untuk mendidik, mengubah, dan memberdayakan.”